M. Anzaikhan, S.Fil.I, M.Ag, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry M. Anzaikhan, S.Fil.I, M.Ag, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry
"PNS bukan segalanya", itu mungkin sebuah pernyataan paling ideal khususnya bagi para peserta yang belum beruntung untuk masuk pada tahap selanjutnya pada seleksi CPNS yang telah digelar. Hidup adalah ajang persaingan, setiap pelamar harus berbesar hati ketika papan skor seakan tidak mau-tahu remuknya hati yang berjuang dengan penuh pengharapan. Tapi itulah kompetisi, ada menang dan ada yang kalah. Masalah selanjutnya adalah bagaimana move-on dari kekecewaan untuk merakit kesuksesan yang mungkin dijalur atau cara yang berbeda.
Secara kuantitas, tes CPNS memang bukan sebuah kompetisi yang efektif mengingat kuota penerimaan berbanding jauh dengan jumlah pelamar. Bayangkan, ada beberapa instansi yang jumlah pesertanya sekitar 800 pelamar, sementara yang dibutuhkan hanya empat yang terbaik. Itu berarti setiap peserta akan bersaing melawan 200 peserta lainnya, itu pun jika melewati passing grade yang ditetapkan.
Bahkan ada juga sebuah instansi yang jumlah pendaftarnya mencapai 1.300 peserta, sedangkan yang dibutuhkan hanya lima orang. Faktanya, akan ada 1.295 peserta lainnya yang akan tersisih dalam peliknya persaingan.
Bukan berarti penulis mencoba menakut-nakuti, hanya saja mengingatkan kembali; "Jika tidak lulus dalam kompetisi yang demikian ketatnya, adalah sebuah kewajaran." Justru mereka yang lulus adalah orang yang tidak normal dalam arti spesial di bidangnya. Orang hebat bukan mereka yang tidak pernah gagal, lebih dari itu adalah mereka yang menjadikan gagal itu sebagai batu loncatan untuk lebih baik ke depannya.
Sosok yang demikian mampu menjadikan kekecewaan sebagai bara api yang memicu andrenalinnya guna menjadi pribadi yang lebih baik kedepan. Jadi, jangan terlalu hanyut dalam kesedihan apalagi sampai depresi, PNS bukanlah segalanya, Allah maha kaya dan tidak memplot semua rezeki di profesi PNS semata. Ingat, bukankah bumi Allah sangat luas?
Sebagian kalangan mungkin ada yang merasa sudah berjuang dengan belajar mati-matian, les di mana-mana, habis waktu, membuang banyak energi, bahkan mengorbankan uang agar status sebagai PNS bisa diraih tahun ini. Tak lupa juga ia berdoa setiap ada kesempatan. Bangun di sepertiga malam terakhir walau kantuk merajai guna bermunajat kepada sang Khaliq agar dimudahkan harapannya untuk lulus. Ketika hasil akhir berbicara lain, sudah sewajarnya ia kecewa.
Tapi ingat! Jangan berburuk sangka pada sang pencipta, Allah bukan tidak mendengar doa kita, namun Allah memberi yang terbaik bagi setiap hamba yang terkadang kita tidak memahaminya. Ketahuilah, tidak sulit bagi Allah menjadikan hambanya kaya raya, memberikan bulan bahkan memberikan bintang ke gengaman anak Adam. Apalagi kelulusan PNS yang sangat kecil dibanding ke-Esaan-Nya. Namun apakah itu yang terbaik?
Kisah Tsa'labah
Terkait doa, ada kisah ispiratif yang bisa dijadikan pelajaran. Pada masa Rasul, ada seorang kaum Anshor yang mendatangi Nabi untuk meminta dijadikan kaya. Sebelumnya, ia adalah sosok yang ahli ibadah, selalu shalat berjamaah walau hanya memiliki kain bersih yang bergantian dengan istrinya. Ketika Tsa'labah meminta kaya, Nabi pernah mengingatkan bahwa kondisinya saat itu adalah yang terbaik.
Kejadian ini diabadikan dalam sebuah ayat yang artinya; "Dan di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh." Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran)." (QS.At-Taubah:75-76).
Hikmah yang dapat dipetik adalah; tidak selamanya yang diinginkan manusia itu adalah yang terbaik. Tsa'labah ingin kaya, pada akhirnya justru kekayaan itu yang membuatnya kufur dan lupa pada Allah. Intinya, Allah memberikan yang kita butuhkan (terbaik) hanya saja kita yang terkadang tidak menyadari begitu maha tahunya Allah akan kondisi dan keadaan hambanya. Kita sering berburuk sangka kepada sang maha benar, baik secara sadar ataupun tidak.
Begitu juga dalam seleksi CPNS yang pastinya menghasilkan ratusan bahkan jutaan kekecewaan di penjuru nusantara. Ingat, seorang muslim pada hakikatnya jika diberikan kebahagiaan ia bersyukur, dan bila diberikan kesulitan ia bersabar. Tidak ada alasan bagi Islam untuk menyalahkan keadaan dan kondisi yang dialaminya.
Segera bangkit
Kegagalan adalah pembelajaran, seorang pemenang sekalipun tidak akan pernah merasakan hebatnya berada di puncak tanpa sebuah pengalaman gagal. Mereka yang bermental juara adalah yang mampu come-back dari keterpurukan. Messi dan Ronaldo misalnya, kedua mega bintang sepak bola ini sudah mendominasi penghargaan `pemain terbaik dunia' selama satu dekade lebih. Sebuah rivalitas terpanjang yang belum pernah ada dalam sejarah sepak bola meskipun usia mereka (saat ini) sudah tidak muda lagi (di atas 30 tahun).
Begitu pula dalam tes CPNS kali ini, khusus bagi yang tidak lulus; jangan terlalu lama berduka. Melampiaskan kekecewaan yang paling baik adalah dengan bangkit secepat mungkin. Bila PNS masih menjadi impian, maka mulailah belajar sejak dini meskipun belum tahu kapan lowongannya akan dibuka kembali. Kita tidak tahu, pada ikhtiar yang mana Allah akan mengijabah impian kita.
Anda mungkin saja berkali-kali gagal, namun cukup mengalami satu keberhasilan maka akan mengobati semuanya. Kegagalan sebelumnya bukan kisah sedih lagi, melainkan cerita indah ketika ditutup dengan keberhasilan, Insya Allah.
Aceh Trbn
Aceh Trbn