Peserta SKB CPNS Reaktif atau Positif COVID-19 Langsung Gugur?

Ilustrasi seleksi CPNS/Foto: Grandyos Zafna
Soraya Novika

 Salah satu syarat untuk mengikuti Seleksi Kemampuan Bidang (SKB) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2019 ialah wajib mengikuti rapid test COVID-19. Bila hasilnya reaktif bahkan ada yang positif COVID-19, apakah statusnya langsung digugurkan dari seluruh proses seleksi?
Badan Kepegawaian Negara (BKN) memastikan setiap peserta yang hasil rapid test-nya reaktif bahkan ada yang positif COVID-19 tidak bakal langsung digugurkan. Para peserta tersebut tetap diberi kesempatan untuk melaksanakan tes seperti peserta lainnya.

"Orang yang reaktif hasil rapid test itu tidak boleh digugurkan, jadi tidak ada orang yang digugurkan akibat dari COVID-19. Kenapa? Karena COVID-19 ini kan bukan keinginan dia untuk kena," ujar Deputi Bidang Sistem Informasi Kepegawaian BKN Suherman dalam Media Briefing secara virtual, Rabu (5/8/2020).

Lagipula, menurutnya peserta yang hasil rapid test-nya reaktif belum tentu positif COVID-19.

"Pertanyaan saya waktu itu, kepada Dirjen Pelayanan Masyarakat, apakah kalau seorang peserta suhu tubuhnya 37,3 derajat kemudian dia reaktif apakah yang bersangkutan pasti COVID-19? Jawabannya itu belum, karena rapid test itu tidak memastikan atau tidak menjamin bahwa yang bersangkutan COVID-19, yang memastikan bahwa peserta itu positif COVID-19 itu adalah berdasarkan swab test," tuturnya.

Untuk itu, bagi peserta yang hasil rapid test-nya reaktif atau saat ini sudah terkonfirmasi positif COVID-19 tetap dapat mengikuti tes seleksi SKB CPNS 2019. Namun, wajib mendapat rekomendasi dari tim kesehatan untuk mengikuti tes di lokasi yang ditentukan. Kalau ditolak karena sedang melakukan isolasi mandiri atau isolasi kesehatan, dapat mengikuti tes di rumah atau dirumah sakit namun tetap ada pengawas yang mengawasi.

"Kita akan meminta rekomendasi dari tim kesehatan apakah yang bersangkutan diizinkan bisa mengikuti ujian di lokasi yang sudah kita tentukan. Kalau itu tidak bisa, kalau yang bersangkutan kena isolasi mandiri misalnya, atau isolasi kesehatan, apakah misalnya ada orang yang kemudian bisa memastikan bahwa yang ikut ujian adalah yang bersangkutan dan bukan calo jadi kami menggunakan media untuk monitoring dengan menggunakan zoom untuk memonitor setiap pelaksanaan seleksi," paparnya.]
(hns/hns)