Rekrutmen guru PPPK (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja) akan dilaksanakan tahun depan. Tersedia kuota satu juta guru PPPK yang bisa diisi oleh guru honorer K2, guru honorer non K2, dan lulusan pendidikan profesi guru (PPG) yang lulus tes.
Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran guru-guru honorer usia di atas 35 tahun.
Mereka waswas tidak bisa bersaing dengan guru-guru swasta serta lulusan PPG.
"Memang ada kekhawatiran bila kuota satu juta guru itu diisi lebih banyak lulusan PPG. Sementara guru honorer malah sedikit. Kami berharap ada kemudahan bagi guru honorer yang sudah mengabdi lebih dari 10 tahun ini," kata Ketua Umum Solidaritas Nasional Wiyatabakti Indonesia (SNWI) Olivia Tambariki , Selasa (29/12).
Kemudahan yang dimaksud Olivia ini seperti perpanjangan jadwal verifikasi validasi data guru honorer.
Sebab, banyak guru honorer yang terkendala dengan pengurusan validasi ijazah linieritas.
"Di lapangan banyak teman yang kesulitan saat validasi ijazah. Kalau saya hanya tiga hari selesai. Yang lainnya sudah berminggu-minggu belum selesai. Nah, ini tolong Mendikbud Nadiem Makarim memberikan kelonggaran waktu," tutur mahasiswi Pascasarjana Universitas Negeri Manado (Unima) ini.Olivia juga berharap pemerintah mempertimbangkan pengabdian guru honorer.
Walaupun semua diberikan kesempatan sama, tetapi pengabdian guru-guru honorer bisa dijadikan nilai tambah dalam penilaian seleksi guru PPPK.
Pengorbanan guru honorer di masa pandemi ini, lanjutnya, sangat besar. Ketika ada ketentuan pembelajaran jarak jauh (PJJ), mereka harus berpikir bagaimana mengatasi murid-murid yang tidak mempunyai handphone.
"Menangis saya melihat pengorbanan kawan-kawan di daerah terpencil. Mereka harus mendatangi rumah anak didiknya demi mendapatkan pendidikan. Kendati gaji yang diterima sangat minim Rp250 ribu per tiga bulan," terang guru honorer salah satu SD negeri di Kabupaten Minahasa ini.
Rekrutmen guru PPPK, tambah Olivia, ini menjadi harapan besar bagi guru honorer agar ada peningkatan kesejahteraan.
Dia pun mengajak seluruh guru honorer untuk terus belajar agar bisa mengikuti perkembangan zaman.
"Seandainya lulus PPPK nanti, kita (guru honorer,red) harus tetap belajar dan belajar. Tantangan mengajar di era sekarang lebih sulit karena anak-anak sangat mudah mendapatkan informasi dari ponselnya. Kalau guru-guru enggak terus belajar, yang kasihan peserta didik," pungkasnya. (esy/jpnn)