Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Nunuk Suryani, mengimbau para guru menggunakan waktu semaksimal mungkin untuk mempersiapkan diri.
“Tidak usah ikut bimbel berbayar. Yang bisa menolong Bapak dan Ibu (guru) adalah diri sendiri dengan mempersiapkan diri dan berdoa. Tidak lama, lagi ujian seleksi kedua akan datang pada 8–11 November depan. Gunakanlah waktu semaksimal mungkin,” tutur Nunuk pada Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar Episode 11, seperti dilansir dari laman GTK Kemendikbud Ristek.
Terkait mekanisme ujian tahap 2 dan 3, Nunuk menegaskan tidak ada perubahan, sama persis dengan ujian 1, sebagaimana tertuang dalam Permenpan dan RB Nomor 28 Tahun 2021.
Strategi para guru ikuti Seleksi PPPK Guru 2021
Guru SMP Negeri 5 Lingsar Lombok Barat, Siti Ratma Suryani, mengaku dirinya telah mengajar sejak 2005.
“Waktu itu, sekolah baru didirikan dan kekurangan guru. Saya tertarik mengajar dan seiring waktu, saya sangat mencintai dan bangga bisa mendidik anak bangsa,” ungkap Siti.
Diceritakan Siti, ia terkesan ketika anak didik bisa berprestasi.
“Contohnya, ketika anak didik saya jadi Juara 1 Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kabupaten. Ada kepuasan tersendiri jika peserta didik berhasil,” ungkap perempuan yang juga pernah meraih Juara 2 OSN Kabupaten.
Diakui Siti, ia dapat melampaui passing grade dengan bertekad memanfaatkan kesempatan seleksi.
“Ini kesempatan bagus dari pemerintah, dan saya mengambil peluang dengan belajar sungguh-sungguh. Membaca buku mata pelajaran IPS, dan juga saya mencari bahan-bahan belajar dari internet untuk soal-soal yang bentuknya pedagogi. Kemudian saya mendapat informasi dari kanal-kanal GTK Kemendikbud Ristek, dan makin dekat ujian, saya lebih rutin lagi dalam membaca. Saya senang sekali bisa lulus seleksi ASN PPPK,” ungkap Siti.
Berbeda dengan Siti, Guru SMA Negeri 1 Pamijahan, Kabupaten Bogor, Ade Taufik Kurahman mengakui awal mulanya menjadi guru karena melatih ekstrakurikuler pencak silat di beberapa SMA di tengah kesibukannya sebagai karyawan.
“Di situlah awal saya dekat dengan siswa dan saya banyak mengobrol dengan guru senior yang masih aktif di sana. Saya jadi tertarik masuk dunia pendidikan,” ungkap Ade yang kini telah mengabdi sebagai guru selama lebih dari 14 tahun.
Ade menilai, pengalaman paling berkesan sebagai guru adalah interaksi-interaksinya dengan siswa.
“Kita dituntut untuk terus mengembangkan diri kita, untuk terus berproses bagaimana kita menjadi pendengar yang baik, menjadi teman berbagi yang baik untuk anak-anak, dan menuntun mereka menuju harapan-harapan mereka,” urai Ade.
Ketika melatih pencak silat, lanjut Ade, dirinya belajar menjadi pendengar yang baik bagi siswa, dan kemudian saya belajar menuntun mereka. Hingga kini, ia merasa "tersesat" di jalan yang benar menjadi seorang guru.
“Terima kasih pada pemerintah yang sudah membuat regulasi fantastis, yaitu Seleksi PPPK. Ini sangat berkaitan dengan kesejahteraan para guru,” tutur Ade yang mengaku mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk seleksi, karena dirinya tidak mungkin mengikuti Seleksi CPNS berhubung telah melewati syarat usia.
Ia juga mengaku banyak belajar bersama rekan-rekan guru dan ikut Program Guru Belajar Kemendikbud Ristek.
"Kita harus bisa membaca dan melihat inti soal untuk menemukan kata kunci setiap soal,” tutur Ade memberi tips seraya menyemangati rekan-rekannya.
Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Langsa Provinsi Aceh, Amri Saputra mengungkapkan, ia tidak menyangka akan menjadi guru SLB.
“Saya seorang disabilitas, tapi dari SD sampai SMA saya bersekolah di sekolah umum. Awalnya cita-cita saya ingin menjadi dosen. Tapi qadarullah, saya bergabung ke SLB, dan sebagai sesama penyandang disabilitas, tidak sulit untuk menyatukan chemistry antara saya sebagai guru dengan murid-murid,” terang Amri yang mengaku senang dan telah bekerja selama 14 tahun sebagai guru SLB.
Salah satu pengalaman berkesan, diuraikan Amri, adalah mendidik siswa dengan celebral palsy, suatu kondisi kelumpuhan atau kerusakan fungsi otak yang mengganggu pergerakan dan koordinasi gerak.
Penyandang celebral palsy, lanjut dia, secara teori memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.
"Anak ini menyandang disabilitas motorik. Tapi, setelah saya didik kurang lebih 4-5 tahun, anak ini memiliki kecerdasan normal, dia bisa membaca walaupun tidak bisa menulis karena tangannya lumpuh. Tapi dia bisa membaca walau dengan terbata-bata, bisa berhitung hitungan sederhana. Itu bagi saya sangat membanggakan dan menyenangkan, karena secara teori anak-anak seperti itu kecerdasannya di bawah rata-rata,” ungkap Amri.
Sementara itu, Amri mengaku memelihara sikap optimis dan menjaga kesehatan fisik dan mental lewat istirahat cukup dan beribadah.
“Saya juga terus melatih kecepatan membaca karena ini berkaitan dengan manajemen waktu, untuk menghindari stres saat menjawab soal. Jadi kita tidak akan takut kehabisan waktu,” ungkap Amri.
Amri pun rajin mencari berbagai referensi soal-soal berbentuk High Order Thinking Skills (HOTS), yaitu soal-soal yang membutuhkan proses penalaran tinggi.
“Saya percaya soal-soal akan banyak yang berbentuk HOTS, contohnya soal-soal ketika saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), banyak soal-soal HOTS,” terang Amri.
Ia berharap, para peserta seleksi tahap 2 dan 3 dapat lebih intensif belajar.
"Insya Allah kalau kita terus berusaha dan berdoa, Allah akan memberikan apa yang kita pinta," pungkas Amri.Kompas