"Guru honorer benar-benar tidak dihargai sama sekali," kata Heti m, Minggu (16/1).
Guru honorer di Kota Cilegon itu menyebutkan negara berutang kepada guru honorer yang sudah bertahun-tahun mendidik anak bangsa. Mereka digaji di bawah UMR, bahkan ada yang dibayar di bawah Rp 500 ribu per bulan.
"Mengapa untuk guru honorer selalu alasannya enggak ada anggaran. Korbannya kami yang lulus passing grade PPPK guru tahap I dan 2, tetapi tidak lolos karena formasinya terbatas, anggaran cekak," tuturnya.
Dia menegaskan tidak akan ada ahli-ahli pembangunan kalau tanpa guru. Selanjutnya, dia bertanya apakah para pengambilan kebijakan lupa akan semua jasa guru. Tidak ada menteri dan presiden kalau tanpa guru.
"Kalau guru terus ditindas, ubah nama guru pahlawan tanpa tanda jasa menjadi guru pahlawan kesuma bangsa," tegasnya.
Heti mengimbau pemerintah memberikan tanda jasa bagi guru honorer, yaitu diangkat PPPK. Jangan disuruh tes lagi, sudah cukup dua kali diuji.(esy/jpnn)