Menurut Tjahjo, tidak lolosnya CPNS bernama Dwiki Andoyo yang menjadi viral di media sosial itu adalah keputusan yang mengada-ada.
"Menurut saya keputusan yang mengada-ada sampai postur tubuh jadi penilaian lolos atau tidaknya seleksi," ujar Tjahjo, Minggu (6/2/2022).
Tjanjo menyatakan sistem penerimaan CNPS telah dibangun sedemikian rupa agar ketat dan transparan. Namun, menurutnya, selalu ada saja pihak yang "bermain" dalam seleksi penerimaan CPNS tersebut.
"Setiap penerimaan CPNS walau sistemnya sudah ketat selalu ada calo CPNS dan selalu ada permainan dalam penerimaan seleksi CPNS," ucap dia.
Mantan Sekjen PDI Perjuangan ini mengatakan, Badan Kepegawaian Negara (BKN) akan memberikan penjelasan terkait peristiwa tersebut.
"BKN akan memberikan clearence," kata Tjahjo.
Cerita seorang peserta CPNS, Dwiki Andoyo, tak lolos seleksi di suatu kementerian karena fisiknya dinilai tidak sesuai viral di media sosial.
Berdasarkan jawaban sanggah yang Dwiki terima, ia dinyatakan tak lolos karena kaki berbentuk "X" 10 cm dan pembesaran payudara pada laki-laki.
Ia mengirimkan sanggahan yang disediakan instansi tersebut karena bertanya-tanya mengapa ia tak lolos seleksi.
"Di awal tahun ini diberikan pelajaran berharga dari salah satu seleksi pegawai negeri di suatu kementerian. Ternyata dalam menjalankan tugasnya sebagai pegawai negeri diperlukan postur yang sempurna dikarenakan mungkin dapat mempengaruhi performa kita dalam pekerjaan di kantor," tulis Dwiki di akun Twitter, Kamis (3/2/2022).
Padahal, nilai Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) Dwiki merupakan yang tertinggi di antara peserta lainnya. Namun, pada bagian SKB Tes Kesehatan Umum dan Jiwa, Dwiki mendapatkan skor nol.
Panitia seleksi pun menyatakan Dwiki "P/TMS-1" yang artinya ia tidak lolos seleksi. Dwiki turut membagikan tangkapan layar jawaban sanggahan itu di akun Twitter-nya.
Jawaban Sanggah: Hasil pemeriksaan kesehatan sebagai berikut; Pembesaran payudara laki-laki, kaki bentuk X 10 cm," demikian jawaban sanggah yang diunggah Dwiki.
Dwiki menganggap, nilai yang diperolehnya ternyata bukan faktor utama dalam meraih kesuksesan. Menurut dia, dengan kejadian ini, pintar saja tidak cukup, tetapi juga perlu diiringi dengan postur yang baik.
Ia mengatakan bakal fokus memperbaiki postur agar bisa menjadi analis kebijakan yang baik di masa mendatang.
Diawal tahun ini diberikan pelajaran berharga dari salah satu seleksi pegawai negeri di suatu kementetian. Ternyata dalam menjalankan tugasnya sebagai pegawai negeri diperlukan postur yang sempurna dikarenakan mungkin dapat mempengaruhi performa kita dalam pekerjaan di kantor. pic.twitter.com/5ZVxEX8xmC
— second son (@dwikiand) January 30, 2022
"Saya tidak ada maksud memojokan ataupun menyalahkan satu atau dua pihak. Hanya sekedar berbagi kepada teman-teman bahwa banyak faktor yang harus dipenuhi untuk menjadi orang yang memiliki cita-cita tinggi membangun negeri. Pintar tidak cukup kawan, postur penting," ucapnya.
Penjelasan BKN
Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama BKN, Satya Pratama juga telah angkat bicara perihal twit viral peserta CPNS 2021 yang tidak lolos SKB karena pembesaran payudara dan kaki bentuk X.
Satya menjelaskan, beberapa instansi memang mensyaratkan kebugaran jasmani sebagai poin penting dalam seleksi CPNS.
Sebagai contoh, yakni Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Kementerian Hukum dan HAM, serta Badan Keamanan Laut (Bakamla).
"Ketiga instansi tersebut mensyaratkan kebugaran jasmani, termasuk postur tubuh. Hal ini dikarenakan, instansi-instansi ini akan melaksanakan pelatihan dasar yang membutuhkan kebugaran jasmani, termasuk postur tubuh yang mendukung," kata Satya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/2/2022) siang.
Ia mengatakan, di Kemenhan ada pelatihan dasar dan program bela negara.
Sementara, di Kemenkumham, terdapat pelatihan kesamaptaan untuk petugas pemasyarakatan. Di Bakamla, ada pelatihan dasar militer yang dilaksanakan bekerja sama dengan TNI AL.
Satya menuturkan, semuanya itu dilakukan agar PNS yang direkrut mendapatkan kompetensi dasar untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang melekat di instansi masing-masing.
Kemungkinan lain, imbuhnya, pada saat tes kesehatan, tim kesehatan dari instansi yang dilamar yang bersangkutan menemukan kondisi tertentu yang membuat si pelamar masuk kategori tidak masuk syarat.
Namun, mengenai kementerian mana yang Dwiki lamar, Satya mengaku tidak mengetahuinya.
"Silakan ditanyakan ke yang bersangkutan. Ketiga instansi yang saya sebutkan ialah contoh yang mensyaratkan kebugaran jasmani," tutur dia.
"Saya berusaha menjelaskan kemungkinan mengapa dalam seleksi CPNS ada peserta yang nilai kesehatan dan/atau kebugaran jasmaninya rendah," tandas Satya.