Kemudian, disusul guru-guru aktif di PGRI dan pendidik berprestasi yang diidolakan anak didik.
"Mengapa guru honorer menyalip guru PNS dan guru aktivis PGRI? Jawabannya karena jasa guru honorer dan dedikasi mereka luar biasa, tetapi belum dihargai dengan upah yang diberikan negara," kata Dudung, Sabtu (7/5).Menurut Dudung, jasanya guru honorer selama ini belum terbayar dengan baik sehingga mereka menabung amal tiada tara bagi dunia pendidikan.
Amalan guru honorer dalam melayani anak didik menurutnya di atas semua PNS dan aktivis PGRI.
Dudung menyebut para guru honorer tetap konsisten dalam bekerja walaupun kesejahteraan dan status mereka masih belum PNS atau PPPK.
"Nilai ibadahnya guru honorer dalam dunia pendidikan melintasi entitas guru PNS," ucapnya.
Dia mengatakan ada sejumlah sekolah mulai SDN sampai SMAN/SMKN yang tidak ada guru PNS. Artinya, beberapa sekolah berkembang hanya mengandalkan satu PNS, yakni kepala sekolahnya saja.
"Bila salat adalah tiang agama. Bisa jadi guru honorer adalah tiang negara dalam dimensi pendidikan," ujarnya.
Selain itu, Dudung menyebut ada pula beberapa sekolah yang hanya terdapat beberapa guru PNS saja.
Dengan demikian, dia menilai guru honorer menjadi tulang punggung dan andalan sekolah dalam melayani anak bangsa. Tanpa guru honorer, sekolah menurutnya bisa bubar.
Dudung pun mengatakan keberadaan guru honorer adalah penyelamat wajah pemerintah atas ketidakmampuan melayani hak belajar anak didik di negeri ini.
"Tanpa guru honorer, anak didik mau belajar sama siapa?," ujar Dudung. (esy/fat/jpnn)