Menurut Plt Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hasan Chabibie, angkat tersebut masih kurang.
"PTP ini sangat penting posisinya, apalagi dengan penerapan Kurikulum Merdeka, penggunaan teknologi menjadi masif," kata Hasan dalam Simposium Regional JF PTP Tahun 2022 bertajuk `Peran PTP Dalam Menyukseskan Transformasi Digital` yang digelar sejak 23-25 November di Jakarta.
Koordinator Fasilitasi Pembinaam JF PTP Purwanto menambahkan dibutuhkan lebih banyak lagi ASN pengembang teknologi pembelajaran.
Sayangnya, untuk CPNS saat ini belum dibuka dah yang difokuskan adalah PPPK.
Dia menyebutkan pada 2017 pihaknya telah menghitung kebutuhan PTP, yaitu sebanyak 5 ribu orang.
Angka tersebut bisa saja berkurang maupun bertambah banyak, karena belum ada penghitungan kebutuhan lagi, apalagi dalam tenggat waktu 2017-2022 ada perekrutan CPNS dan PPPK.
Namun, kata Purwanto, konsep pembelajaran blended learning akan menjadi tren pembelajaran ke depan sehingga butuh PTP lebih banyak lagi.
Dia mencontohkan, Universitas Terbuka (UT) yang awalnya tidak terlalu dikenal, tetapi di masa pandem pamornya naik.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, semua harus menerima pembelajaran blended. Di sini PTP sangat berperan," ucapnya.
Hasan menambahkan nantinya Kemendikbudristek akan mengajukan permohonan formasi untuk JF PTP, baik CPNS maupun PPPK kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB).
"Berapa jumlahnya kami belum tahu. Yang jelas, PTP ini sangat dibutuhkan di era digital ini," tegasnya.
Dia menambahkan teknologi menjadi bagian penting dari upaya transformasi digital di bidang pendidikan. Yakni, dengan munculnya platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, SIPLah, maupun Rumah Belajar. (esy/jpnn)