Kemenag Siapkan 49 Ribu Guru PPPK Untuk 36 MAN Unggulan Yang Kekurangan Ratusan Pendidik

36 MAN Unggulan Kekurangan Ratusan Pendidik, Tahun Ini Kemenag Siapkan 49 Ribu Guru PPPK
Guru Madrasah Aliah Negeri (MAN) mengajar siswa di kelas. Foto/Dok/SINDOnews
Sebanyak 36 Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) masih kekurangan 120 guru. Kementerian Agama akan memenuhi kebutuhannya, antara lain melalui skema pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

"Meskipun PPPK ini belum memenuhi kebutuhan substansial pendidik, karena pengangkatan PPPK hanya meningkatkan status kepegawaian seseorang," kata Sekretaris Ditjen Pendis Rohmat Mulyana Sapdi seperti dilansir dari laman Kemenag, Minggu (12/2/2023).

Hal senada disampaikan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah M Zain. "Secara berkala, Kemenag akan tetap berusaha memenuhi masalah pendidik ini. Tahun ini, patut disyukuri bahwa jumlah PPPK untuk madrasah mencapai 49 ribu," jelasnya menegaskan.

M Zain juga memaparkan Grand Desain Pengembangan Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah. Menurutnya, dalam dua tahun ke depan, Direktorat GTK fokus pada empat hal, yaitu implementasi kurikulum merdeka, integrasi keilmuan, literasi digital, dan moderasi beragama.

Kepala Sub Direktorat Bina MA/MAK Anis Masykhur melaporkan bahwa Direktorat GTK sedang mempersiapkan pembekalan Implementasi Kurikulum Merdeka bagi para guru madrasah.

Secara umum, kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang salah satu corak model pembelajarannya memfokuskan pada aktifitas "berpusat pada peserta didik."

Anis melaporkan bahwa Implementasi Kurikulum Merdeka tahun anggaran 2023 akan disupport dari program komponen tiga yang terintegrasi pada program Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan yang berasal dari anggaran bantuan World Bank.

Selain itu, tahun ini akan mendapatkan tambahan anggaran yang akan difokuskan pada penyiapan pengawas.

Implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan energi besar karena berkaitan dengan banyak aspek pendukungnya. Tidak hanya persoalan kesiapan SDM-nya saja, namun juga infrastrukturnya.

Di kesempatan ini pula, Rohmat Mulyana mengingatkan untuk dikoordinasikan dengan sistem pendukungnya, baik EMIS maupun SIMPATIKA.

Menurutnya, aktifitas guru pada SIMPATIIKA harus disesuaikan terlebih telah terjadi perubahan kurikulum. “Jangan sampai kinerja Guru tidak bisa dilaporkan pada SIMPATIKA,” tegasnya.

Salah satu corak Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berdiferensiasi yang mana setiap anak yang memiliki kemampuan yang berbeda harus diberikan pelayanan sesuai karakternya. Para siswa dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai passion yang dimilikinya.
(mpw) M Purwadi